Episode Perempuan Langit

Bagaimana kabarnya calon bidadari surga? Semoga Allah memberikan Rahmat-Nya kepada kita semua. Menjadikan kita perempuan-perempuan cantik dengan definisi yang berbeda, bukan cantik ber-oleskan make-up, bukan cantik berbalut sutra. Namun menjadi perempuan sederhana berhati samudera yang dirindukan syurga, seperti mereka perempuan cantik sepanjang masa yang tak termakan oleh usia; ibunda khadijah, Fatimah, Maryam, Asiyah, Aisyah yang cahaya kecantikannya melebihi benda langit yang berpijar, yang senyuman-nya lebih indah dari lengkungan rembulan. Pada mereka-lah kita belajar.


Sebelum menikah, saya jarang sekali bahkan tidak pernah membaca buku dengan tema “Pernikahan” walaupun saya sangat senang membaca buku, tapi saya selalu menghindari buku dengan tema tersebut, mengapa? Entahlah, mungkin saya tidak tertarik untuk membacanya atau mungkin alasan yang lebih kuat karena saya malu kalau ketahuan mamah nanti dikira kepingin nikah cepat hehehe. Berbeda hal-nya setelah saya menikah, buku dengan tema pernikahan justru jadi buku incaran saya, Mengapa? Karena MENIKAH adalah ibadah yang paling panjang, maka kita harus menjadikan moment sekecil apapun bernilai IBADAH. Karena menikah adalah proses kehidupan yang panjang, maka kita berhak BAHAGIA.


“Rahmah, menikah itu seperti shalat, untuk bisa menikmati shalat kita harus mengetahui ilmu-nya, cara-caranya, gerakannya. Bagaimana kita bisa menikmatinya kalau kita tidak mengerti?” jawaban Ka mad, saat saya sampaikan kalimat serupa di-atas.


Jika saya dapat memutar waktu, mungkin saya akan membaca lebih banyak buku pernikahan sebelum menikah, untuk mempersiapkan ibadah panjang ini. Namun, saya sadari tidak ada kata terlambat selama nyawa belum berpamitan pada jasad, maka tugas untuk belajar belum-lah tamat.


Baiklah, bagi bidadari yang belum berjumpa dengan pangerannya mari kita siapkan bekal terindah untuk menyambutnya, untuk bidadari yang sudah terlebih dahulu berjumpa dengan pangeran pilihan-Nya, mari kita belajar bersama. Belajar pada siapa? pada mereka yang namanya masih harum mewangi sampai saat ini, perempuan-perempuan kebanggaan bumi dan langit
Insya Allah bulan Oktober ini, blog saya akan dipenuhi dengan cerita dan pelajaran dari perempuan langit Mudah-mudahan bermanfaat !


Devy Dede Rahmah

SENANDUNG AR-RAHMAN

Sahabat hidup-ku

Kau, tahu. Hampir setiap malam di balik jendela kamarnya, perempuan itu senang melihat gemerlap bintang yang memancarkan pesonanya, kemudian ia mengumpulkan bintang-bintang itu di dalam hatinya,  bintang yang sering membuatnya kaku, “Akankah suatu hari aku dapat mengenggam dan memilikinya?” Batinnya berbisik. 

Aku, seorang perempuan sederhana yang memutuskan untuk tersenyum sepanjang usia-ku semenjak pandangan mata itu saling beradu malu, saat semilir angin-pun berbisik pada-ku “Dia jodoh-mu”. Saat  Ayah tercinta mempercayai engkau, pria yang akan menjagaku seumur hidupmu. Hari dimana sejuta doa dan bunga mengitari dua insan.

Hari itu Ahad, 24 agustus 2014, aku lupa ritualku melihat bintang setiap malam, aku melihat seorang pria yang hatinya lebih terang dari cayaha bintang, pria sederhana  berwajah teduh. Saat itu aku tersadar aku telah memiliki bintang, bahkan lebih indah. Ya.. engkau!

Dulu aku berkhayal, suatu ketika aku akan menikah dengan seorang pria romantis yang penuh dengan cinta. Pria yang setiap pagi akan menawarkan secangkir senyuman sambil berkata “Selamat pagi cinta...” mungkin aku kira itu harapan setiap gadis se-usiaku pada saat itu, aduhai.. indah sekali, hehe

Beranjak dewasa, aku rubah khayalanku. Mungkin dia tak perlu romantis, tak apa karena aku sudah cukup romantis pikirku sambil tertawa geli. Aku hanya ingin pria sederhana pemilik hati luar biasa, pria yang dapat membimbingku dalam taat, pria yang mencintaiku akupun mencintainya, cukup.

Seorang guru pernah berkata padaku “Kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita. Dia pintar, atau sedang-sedang saja, atau mungkin kurang dari kita. Maka kita sebagai wanita harus semangat menuntut ilmu apalagi ilmu agama. Bisa jadi kita belajar pada suami, atau kita belajar bersama, atau mungkin kita yang mengajarkannya” begitu katanya.

Ucapan itu sontak menghipnotis seorang gadis polos berusia 17 tahun, menikah memang belum ada dalam benaknya, tapi ucapan itu sanggup membuatnya berpikir begitu panjang melewati batas usia-nya.

Seperti dalam mimpi yang panjang, gadis polos itu kini beranjak dewasa. Hari itu ia terbangun sebelum adzan shubuh berkumandang, perasaan apa ini? Tapi kurasa setiap perempuan pasti akan merasakan hal yang sama, saat ia menyadari tinggal menghitung jam saja status dan perannya akan berubah. 

Ku hamparkan sajadahku, bertakbir menyebut asma-nya, aku tak sanggup menahan bulir-bulir dimataku, seketika byuur... berhamburan begitu deras sekali membasahi pipi-ku. Aku tak mengerti, inikah yang dinamakan air mata bahagia? Aku tak bisa mendefinisikan perasaanku saat itu.
Rahman
 Saat ini aku melihat surga dan neraka bersampingan di depan mataku, ku tau banyaknya wanita yang memasuki neraka karena kedurhakaan mereka pada suaminya
Rahman
 Begitu pula aku melihat surga begitu dekat pagi ini, aromanya hampir-hampir saja tercium oleh inderaku, saat mereka mampu mentaati suami mereka hingga akhir hayatnya.
Rahman
Satu cita-cita terbesarku saat ini, di akhirat nanti aku melihat suamiku tersenyum dan berkata padaku, “Wahai istriku aku ridho atasmu memasuki surga Allah, karena keshalihanmu”
Aamiin Ya Rahman...
--
Pagi itu pukul 09.30 WIB, atas nama cinta yang halal lantunan surah Ar-Rahman sebagai mahar cinta dibacakan oleh seorang pria dengan penuh penghayatan di hadapan gadisnya. Disaksikan Tuhannya Allah, penduduk langit dan penduduk bumi-pun ikut bertasbih. Doa-doa keberkahan meliputi atasnya, senyuman merekah berpadu dengan tangis haru  menghiasi hari yang indah itu.
Alhamdulillaah, Alhamdulillaah tiada kalimat yang lebih indah dari hamdalah, untuk mengungkapkan rasa syukur kami pada saat itu. Sujud syukur pada-Nya sebagai bukti syukur kami atas anugerahnya. Ya Allah Berkahilah kami, berkahilah kami...

Ka Mad kini menggenapi semua kebahagiaanku. Dia suami-ku, sahabat-ku dan guru kehidupan-ku. Sungguh, sesuatu yang indah.  Aku tertidur pada malam hari dengan menggenggam cinta, dan bangun dengan cinta yang baru yang lebih merekah.
Hari ini aku hanya ingin berkata : Aku ingin menjadi pendampingmu di dunia ini dan di akhirat nanti, selamanya... 

-Bersambung-

Bandung, 25 September 2014

AKU ORANG PALING BAHAGIAA..

Maafkan kami atas definisi bahagia yang sempit,

yang berkata " Jika begini aku akan bahagia, jika begitu aku akan bahagia, jika disana aku akan bahagia, jika disini aku akan bahagia, jika dengannya aku akan bahagia, jika mendapatkannya aku akan bahagia, jika menjadi dia aku akan bahagia, jika seperti itu aku akan bahagia," seolah2 kami takan bahagia jika tak sesuai dengannya.

Dan sekarang kami mengerti
"Aku akan terus bahagia, terus.. Bagaimanapun itu, selama hatiku terus BERSYUKUR atasMu"

Aku ingin cantik

Aku ingin terlihat cantik. Bukankah setiap perempuan ingin terlihat cantik, bu? Tapi bukan cantik seperti yang mereka definisikan, definisi cantik yang sempit beroleskan make-up. aku ingin cantik seperti bunda Khodijah, Aisyah, Fatimah, Maryam, dan Asiyah..

Karena aku fahami 

Saat aku hanya merawat Fisik-ku agar ttp terjaga kecantikannya, aku tidak bisa melupakan satu hal; masa tua. Wajah yg aku banggakan kini akan menua sejalannya usia..

Namun, saat aku merawat diriku agar memiliki akhlak yg mulia, meningkatkan kualitas ibadah, menambah keilmuan, memberi manfaat pd sesama, maka sejalannya usia diri-ku akan lbh matang dan mempesona, tdk termakan oleh usia. Aku akan cantik selamanya.

Selamat hari Ayah Seduniaaaa

Right, hikmah itu ada dimana-mana, saat menikmati semangkok bakso, saat berdesak-desakan naik kereta api, saat menikmati keramaian taman tegalega

Semuanya satu cerita, tentang dia, Bapak.

Bapak penjual bakso, bilang padaku. Bak seorang bapak yg berpesan pada anaknya,
"Neng, kalau sedang kuliah jangan tergoda dulu" aku tersenyum
"tergoda apa pak?" jawabku, bukan aku tak mengerti, aku hanya ingin ia berbicara lebih banyak dari itu.
"Jangan mikirin nikah dulu, cari ilmu yang tinggi, belajar yg serius, bebas mencari ilmu kemanapun neng mau" katanya. Aku balas dengan senyuman, sebenarnya ingin berdiskusi lebih panjang, tapi sudah sore hehe. Tapi satu hal, kala itu aku ingat bapakku.

Dalam perjalanan di kereta, aku berbincang dengan bapak penjual donat.
"Pak, sekarang di dalam kereta ga boleh jualan ya?"
Iya neng, kalau ketahuan ada jual beli bisa di ambil semua barang bapak, cari aman aja deh. Neng kuliah ya?"
"Ya, masih kuliah pak"
"Alhamdulillah neng, walaupun bapak penjual donat keliling kaya gini, anak bapak kuliah semua, sekarang mrk sudah bekerja di tempat yg bagus, bahkan anak yg pertama S2 di luar negeri"
Ia bercerita panjang padaku, mata sayu nya berbinar bangga menceritakan bintang2nya.
Satu hal lagi, kala itu aku ingat Bapakku.

Seorang bapak salah satu anak jalanan taman prestasi menjumpaiku, anak itu istimewa, ia tak bisa mendengar dan berbicara, berkomunikasi dengan bahasa isyarat, jangankan menyanyi mengucap katapun sulit , tak semua orang mengerti isyaratnya, begitupun aku. Tapi tdk dengan bapaknya, saat itu pertama kalinya aku menyaksikan mereka berkomunikasi, saling mengerti satu sama lain. Kata bapaknya sudah seminggu anaknya tak pulang, krn ia tau setiap hari minggu anaknya belajar disini maka bapaknya mendatanginya. Bapak itu mencium kening anak laki2 nya yg sudah seminggu tak pulang. Pemandangan yg indah. Kala itu lagi2, aku ingat Bapak.

Mungkin bapak jarang menasehati kita, karena kesibukannya bekerja untuk menghidupi anak istrinya, mungkin bapak tak pernah berkata "Nak bapak bangga padamu" padahal dibelakang sana ia sering menangis haru karena melihat keberhasilan bintangnya.
Mungkin ia tak pernah memeluk dan mencium keningmu sambil berucap "Nak, bapak sayang padamu." tapi dibelakang sana sudah tak terhitung doa2 yg ia panjatkan untuk anaknya.

Pak, engkau pria terhebat. Walaupun tak ada hari ayah sedunia, tidak merubah nilaimu sedikitpun, aku mencintaimu, aku ingin menjadi bintang yg paling bersinar dimatamu malam ini dan malam2 selanjutnya :')

Cukuplah Dia, Allah

Benarlah, saat kita berharap pada manusia, maka hanya lelah yang kita dapatkan.

Betapa indahnya nasihat dari seorang sahabat,
" sahabatku, jika nanti sudah berkeluarga. kemudian kamu memasak yg special untuk suamimu, berdandan cantik untuknya, maka janganlah engkau harapkan pujian darinya, cukuplah itu jadi nilai ibadah untukmu kemudian Allah catatkan pahala atasnya, karena saat kau mengharapkan pujian dari seseorang yg bahkan kau berhak mendapatkan darinya, ketika ia tak memujimu maka kekecewaan yg menghampirimu, jangan kau rusak nilai ibadahmu"

Tak ada yang lbh menentramkan hati selain menyandarkan sgl harapan hanya padaNya. Allah Engkau tempat berpulang sgl resah.



Edisi Curhatan Inspiratif ^_^

Pages